Malaikat mengangkat bahumu, menguatkanmu, menepuk
pundakmu. Gak hanya satu, tapi beribu-ribu malaikat bersaksi dan
membantu demi kelancaran ujianmu. Jika kau pernah hadapi kematian, dan
kau berhasil melewatinya. Tentu, macam kehidupan yang lain bisa engkau
taklukan. Aku baru saja menemukan formula sederhana dari sebuha
kehidupan. Jika Gagal, Jatuh maka cukup bangkit dan mencoba
lagi. Jika sakit, perih dan menyayat Hati. Cukup bangkit, memaafkan yang
terjadi dan memulai lagi. Hanya yang Kuat, Keras, Cerdas, dan Ikhlas
yang akan mampu melewati 'permainan' sendau gurau ini.
Aku
bersyukur, aku yang hobi jalan - jalan tanpa tujuan akhirnya mendarat
secara 'tiba-tiba'. Dengan sebuah kepakan sayap dan perbincangan udara,
aku pun kini menapakan dibumi wali - Tuban, Jawa Timur. Dulu, jika aku
pergi tinggal pergi. Gak harus punya tujuan, asal keluar rumah dan
meninggalkan kebiasaan. Rutinitas dan mencari hal baru.
Ya,
pendaratan yang 'tiba-tiba' itu telah membawaku jauh menapaki sisi
pantai Utara yang penuh dengan kegiatan lautnya. Aku membayangkan,
sebuah kehidupan masa lalu. Tentang cerita nenek moyang kita, tentang
Para saudagar dan Para Raja - Raja ditanah Jawa. Tentang sebuah
peradaban yang kini tinggal kenangan karena sebuah teknologi bernama
jembatan. Aku tahu, masih ada kehidupan disekitar laut di Semarang,
Surabaya, Banyuwangi dan beberapa Kota disebarang lautan lainnya.
Tentang
sebuah harapan itu, engkau bisa melepasnya jika lelah. Bisa
melupakannya jika jenuh. Bisa pula kau campakan karena kau tak mau lagi
berpengharapan. Kau boleh menyerah ditengah jalan. Kau bisa pasrah dalam
kehidupan. Tapi kau tak bisa menghindar dari sebuah kenyataan.
Kenyataan hanya mampu dihadapi dengan sebuah kenyataan baru. Kenyataan
yang saat itu juga. Kenyataan yang membangunkan. Kenyataan yang mungkin
memprihatinkan. Kenyataan bahwa hidup ini tak hanya soal ini. Tapi juga
soal itu.
Kehidupan ini, mudah saja sebetulnya. Aku ketika
menjadi "aku", Aku ketika menjadi "Anak", Aku ketika menjadi "Mahasiwa"
atau hanya sekedar ketika Aku menjadi "sepertimu". Aku ini satu. Tapi
tak berperan hanya satu. Ada aku ketika menjadi salah satu diantara
"aku", tapi aku yang terpenting adalah "aku adalah khalifah". Aku adalah
Hamba yang harus taat. Aku yang harus menjalankan sholat dan aku yang
bis memilih antara surga atau neraka.
Ketika aku menjadi
"aku", maka aku bebas menjadi semauku. Tanpa aturanku, tanpa tuntutanku,
dan tanpa 'tedeng aleng-aleng' ku. Aku bisa menjadi apa yang aku mau,
hanya saja terkadang aku lupa. Kalau menjadi "Aku yang berhasil itu ada
syaratnya". DAN AKU BERHAK MEMILIH apapun sikap, lingkungan dan guru
untuk kehidupanku.
Hanya kemauan keras yang mampu mengalahkan keadaan.
By: Torianu Wisnu