Rabu, 30 Mei 2012


Memang benar bahwa setiap orang diberi karunia berupa potensi-potensi yang bisa dikembangkan menjadi keahlian dan ketrampilan. Orang menamainya sebagai “BAKAT”. Banyak orang dikatakan tidak berbakat di suatu bidang, meskipun telah berusaha keras ternyata hasilnya tidak maksimal. Logika ini tidak salah, yang sering keliru adalah terlalu cepat menyimpulkan bahwa dirinya tidak berbakat di suatu bidang manakala mengalami kegagalan.
Meskipun bakat menentukan kebarhasilan seseorang, tetapi masalahnya tidak semua orang secara tepat menunjukan bakatnya sendiri. Bakat yang tersimpan dalam diri individu tidak bisa hanya ditengarai berdasarkan perasaan- perasaan belaka. Untuk mengetahui apakah seseorang berbakat atau tidak pada suatu bidang tertentu, mestilah melalui proses yang panjang terlebih dahulu.
Pada hakekatnya, bakat tidak bisa diketahui secara mendadak. Dan orang tidak pernah menjalankan proses kreatif di suatu bidang dapat dipastikan tidak akan pernah mengetahui apa bakatnya.
Kata lainnya, bakat itu sebenarnya identik dengan kerja keras. Bakat tidaknya seseorang bisa diketahui setelah yang bersangkutan menjalani secara tuntas proses “jatuh bangun” di suatu bidang.
Makna puitis “kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda” adalah bahwa untuk bisa berhasil di suatu bidang, tidak ada jalan lain kecuali “ berusaha pantang menyerah”.
Kata Redi panuju “ prestasi merampungkan empat alinea itu sudah menunjukkan bakat. Jika tidak ada bakat, mungkin satu alinea pun tidak bisa dibuat, atau mungkin belum terbiasa............”
Ketika seseorang bertanya kepada sastrawan legendaris Amerika, William Fuelkner. Bagaimana cara menjadi seorang penyair, maka dengan entengnya ia menjawab, bila ingin menjadi penyair, menulislah puisi, maka anda sudah menjadi penyair,jawab senada. Berarti bila ingin menjadi penulis, maka menulislah....maka anda telah menjadi penulis.
So......nda usah risaukan deh itu yang namanya bakat.....
** PMUP Drs. Redi Panuju

0 komentar:

Posting Komentar