Memang benar
bahwa setiap orang diberi karunia berupa potensi-potensi yang bisa dikembangkan
menjadi keahlian dan ketrampilan. Orang menamainya sebagai “BAKAT”. Banyak orang
dikatakan tidak berbakat di suatu bidang, meskipun telah berusaha keras
ternyata hasilnya tidak maksimal. Logika ini tidak salah, yang sering keliru
adalah terlalu cepat menyimpulkan bahwa dirinya tidak berbakat di suatu bidang
manakala mengalami kegagalan.
Meskipun bakat
menentukan kebarhasilan seseorang, tetapi masalahnya tidak semua orang secara
tepat menunjukan bakatnya sendiri. Bakat yang tersimpan dalam diri individu
tidak bisa hanya ditengarai berdasarkan perasaan- perasaan belaka. Untuk mengetahui
apakah seseorang berbakat atau tidak pada suatu bidang tertentu, mestilah
melalui proses yang panjang terlebih dahulu.
Pada hakekatnya,
bakat tidak bisa diketahui secara mendadak. Dan orang tidak pernah menjalankan
proses kreatif di suatu bidang dapat dipastikan tidak akan pernah mengetahui
apa bakatnya.
Kata lainnya,
bakat itu sebenarnya identik dengan kerja keras. Bakat tidaknya seseorang bisa
diketahui setelah yang bersangkutan menjalani secara tuntas proses “jatuh
bangun” di suatu bidang.
Makna puitis
“kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda” adalah bahwa untuk bisa berhasil
di suatu bidang, tidak ada jalan lain kecuali “ berusaha pantang menyerah”.
Kata Redi
panuju “ prestasi merampungkan empat alinea itu sudah menunjukkan bakat. Jika tidak
ada bakat, mungkin satu alinea pun tidak bisa dibuat, atau mungkin belum
terbiasa............”
Ketika seseorang
bertanya kepada sastrawan legendaris Amerika, William Fuelkner. Bagaimana cara
menjadi seorang penyair, maka dengan entengnya ia menjawab, bila ingin menjadi
penyair, menulislah puisi, maka anda sudah menjadi penyair,jawab senada. Berarti
bila ingin menjadi penulis, maka menulislah....maka anda telah menjadi penulis.
So......nda
usah risaukan deh itu yang namanya bakat.....
** PMUP Drs.
Redi Panuju